Pondok Pesantren Al-Khoirot, Malang, ID. WA: 0822-2667-4747

Sportif: Legawa saat Kalah, Rendah Hati saat Menang

Tadi malam saya kedatangan tamu terhormat yaitu pengamat politik dan olahraga PPI India, Sdr. Asnadi Hasan. Kami berdiskusi panjang tentang berbagai hal, termasuk soal Aceh, Takengon, GAM dan MoU. Obrolan panjang yg ditemani isapan rokok dan segelas chai itu,
seperti biasa, sangat mengasyikkan.

Namun, yg paling menarik adalah ketika Asnadi mulai membahas tentang pemain cricket asal Trinidad (West Indies), Brian Lara, yang baru saja memecahkan rekor sebagai the leading run scorer of all time in Test Cricket. Dan oleh banyak pengamat cricket dunia Brian Lara dianggap sebagai the best and the most quixotic cricketer of all time.

Penasaran, saya pun melihat siaran highlight pertandingan antara tim Australia dan West Indies tsb pada malam harinya.

Ada suasana menarik saat Brian Lara mencapai run score 215, yang menandai terlewatinya rekor leading run scorer sebelumnya yg dipegang oleh Allan Border dari Australia. Penonton di stadium Adelaide, Australia (baca: bukan pendukung Brian Lara) serentak berdiri memberikan standing ovation (tepuk tangan serempak sambil berdiri dalam beberapa menit, ini bentuk
penghargaan tertinggi yg diberikan penonton); tim criket Australia juga secara sportif memberikan applause. Pada saat yg sama, Brian Lara yg sedang menikmati kemenangan dan kemegahan saat itu mengangkat tangan dg raut muka gembira tapi tidak berlebihan.

Itulah yg disebut dalam bahasa Inggris dg sikap sportmanship, atau sportif dalam bahasa kita. Penonton Australia sebenarnya ingin melihat pemain atau timnya sendiri yg menang dan mencapai kemegahan itu. Tapi, itu tidak menutup hati mereka untuk memberi penghargaan pada “musuh”nya apabila memang berhak mendapatkan apresiasi itu.

Begitu juga, tim Australia–sebagaimana tim olahraga manapun–bertanding untuk menang. Selain itu, tim cricket Australia adalah tim yg dikenal paling kompetitif dan karena itu dalam dekade terakhir mendominasi dan selalu menempati ranking tertinggi. Tentu “sakit” melihat pemain dari tim lain yg mendapat penghargaan. Apalagi, Brain Lara “merampas” rekor itu
dari Allan Border, pemain cricket pujaan mereka. Namun, hal itu tidak menghalangi mereka untuk respek dan mengapresiasi prestasi yg dicapai Lara.

Di sisi lain, Brian Lara, seperti halnya figur-figur besar dalam sejarah, memandang suatu pencapaian hanyalah tahapan menuju pencapaian berikutnya yg lebih tinggi.Tidak perlu disikapi secara berlebihan, walaupun tetap harus disyukuri. Dan karena itu, figur semacam ini selalu mencapai hal-hal yg belum pernah dicapai sebelumnya.

Dalam dunia olahraga, sikap yg ditunjukkan penonton dan tim Australia yg ikut bahagia dg keberhasilan Brian Lara; dan sikap Lara yg tidak berlebihan dalam menyikapi kesuksesan adalah sikap sportmanship yg selalu “graceful in defeat & magnanimous in victory” (berlapang dada ketika “kalah”, dan tidak berlebihan serta tetap terkontrol ketika “menang”).

Suatu sikap yg secara universal diakui sebagai mengandung nilai karakter moral tinggi. Dan karena itu, patut diimplementasikan dalam kehidupan keseharian kita.***

Scroll to top