Pondok Pesantren Al-Khoirot, Malang, ID. WA: 0822-2667-4747

A Prayer for My Sons

A Prayer for My Sons from your Dad A. Fatih Syuhud

A poem for my sons. Versi Indonesia ada di bawah.

Build me a son whose wishes will not take the place of deeds; a son who will know Thee — and that to know himself is the foundation stone of knowledge.

Lead him, I pray, not in the path of ease and comfort, but under the stress and spur of difficulties and challenge. Here let him learn to stand up in the storm; here let him learn compassion for those who fail.

Build me a son whose heart will be clear, whose goals will be high; a son who will master himself before he seeks to master other men; one who will reach into the future, yet never forget the past.

And after all these things are his, give him, I pray, enough of a sense of humor, so that he may always be serious, yet never take himself too seriously. Give him humility, so that he may always remember the simplicity of true greatness, the open mind of true wisdom, and the meekness of true strength.

Then I, his father, will dare to whisper, “I have not lived in vain.”

Courtesy: Douglas MacArthur

Terjemah dan tambahan

, , , ; , .

Buatlah untukku seorang anak yang harapannya tidak akan menggantikan kebaikan dan tidak menghalalkan segala cara; seorang anak yang akan mengenal-Mu—dan bahwa mengenal dirinya sendiri adalah batu fondasi pengetahuan.

Bimbinglah ia, bukan di jalan kemudahan dan kenyamanan, melainkan di bawah tekanan dan dorongan kesulitan serta tantangan.

Dalam kondisi ini, biarlah ia belajar berdiri teguh di tengah badai; biarlah ia belajar belas kasih dan empati bagi mereka yang gagal.

Buatlah bagiku seorang anak yang hatinya murni, tujuannya mulia; seorang anak yang akan mampu mengontrol dirinya sendiri sebelum ia berusaha menguasai orang lain; seorang anak yang akan meraih kemuliaan masa depan, namun tak pernah melupakan pengalaman masa lalu.

Dan setelah semua hal itu dia capai, berikanlah kepadanya cukup rasa humor, sehingga ia selalu bersungguh-sungguh, namun tak pernah menganggap dirinya jumawa.

Berikanlah dia kerendahan hati, sehingga ia selalu mengingat kesederhanaan dari kebesaran jiwa yang sejati,

Berikan dia kebesaran hati dari kebijaksanaan nurani,

Berikan dia kerendahan hati saat dia memiliki kekuatan yang tinggi.

Saat itu terjadi, aku, ayahnya, akan berani berbisik, “Aku tidak hidup sia-sia.”

Scroll to top