Al-Khoirot Institute of Islamic Studies, Malang, ID. WA: 0822-2667-4747

   

Ciri-ciri sikap percaya diri yang sehat

Ciri-ciri sikap percaya diri yang sehat

Minder dan Self-Esteem (2)

Self-esteem merupakan sikap jalan tengah (middle path). Ia berada di antara dua ekstrimitas sikap “anti-sosial”: minder dan sombong. Jadi, seorang dg self-esteem sempurna tidak akan minder atas kekurangan yg dimiliki, tapi juga tidak akan sombong pada kelebihan yg disandang. Ia akan merasa “bebas” untuk bergaul dg siapa saja; tanpa memandang kelebihan atau kekurangan materi, tanpa melihat kelebihan atau kekurangan fisik, tanpa peduli dg kelebihan atau kekurangan jabatan atau titel rekan bergaulnya.

Pelaku self-esteem akan menghargai seseorang dari segi kemanusiaannya: bahwa setiap orang diciptakan sama dan patut mendapat respek yg tidak beda.

Dg demikian, seorang diplomat dg self-esteem tinggi akan dg mudah bergaul dg sesamanya; sama mudahnya dg ketika ia bergaul dg lokal staf dan rakyat jelata yg miskin papa dan berbaju lusuh. Begitu juga, seorang mahasiswa/rakyat biasa akan merasa “biasa-biasa saja” ketika bergaul dg pejabat tinggi, kalangan pebisnis, dan tokoh-tokoh besar. Sama biasanya dg ketika ia bergaul dan berbicara dg seorang gelandangan atau tukang becak. Karena kepribadian dg tipe ini selalu menghormati orang karena “manusia”-nya, bukan karena jabatan, titel, atau penampilan fisiknya. Dg kata lain, perilaku self-esteem akan menempatkan kata “martabat dan gengsi” pada makna yg riil, bukan makna yg artifisial.

Di India, saya melihat Bapak Uton Rifai, mantan direktur WHO (world health organisation) Asia-Pacific bisa menjadi contoh tokoh besar yg memiliki self-esteem tinggi. Beliau bisa akrab dg siapa saja: dari mulai kalangan pejabat nasional maupun internasional sampai dg kalangan kami-kami, para mahasiswa India yg dikenal sebagai mahasiswa miskin dan “tidak perlente” (setidaknya demikian gumaman “ringan” sebagian kalangan diplomat yg tak perlu saya sebut namanya di sini).

Pak Uton, demikian kami biasa memanggil, di sela-sela aktivitas internasionalnya yg super sibuk, sering mengundang kami untuk sekedar ngobrol, membagikan majalah terbitan Indonesia, memberi nasihat dan wawasan dan berbagi pengalaman. Beliau sering cerita banyak hal; dari pertemuannya dg berbagai tokoh dunia, trik-trik melobi tingkat tinggi, sampai perkembangan mutakhir pergeseran politik nasional/internasional.

Kalau kita membaca profil/biografi tokoh-tokoh besar kita yg berlevel internasional seperti Bung Karno (Penyambung Lidah Rakyat Indonesia as told to Cindy Adams, Gunung Agung, 1990), Prof.Dr. Buya Hamka (Pribadi, pustaka Panjimas, 1990); KH Abdurrahman Wahid (Bunga Rampai Pesantren, 1989); dll., maka kita akan melihat pakem (pattern) gaya hidup dan gaya bergaul yg hampir sama: populis, egalitarian, merakyat, rendah hati, kemauan tinggi, percaya diri tinggi.

Ciri-ciri sosok self-esteem yg ideal.

Dari sekian banyak buku-buku biografi/otobiografi tokoh besar yg pernah saya baca, otobiografi Buya Hamka adalah yg paling menarik dan berkesan . Apa yg menarik adalah karena dia memulai semuanya dari nol. Hamka muda mengawali masa remajanya dg tidak menyenangkan: ia terkena cacar, sehingga merasa kurang pede untuk mendekati sang gadis pujaan. Mindernya juga berkaitan dg hal-hal lain, seperti dalam pergaulan, tampil di muka umum, dll. Tapi ada satu hal yg membuatnya lain: kemauan tinggi untuk berubah dan determinasi tinggi untuk maju. Dari kedua poin ini dia melangkah. Dan sukses besar.

Hamka kemudian menjadi orang pertama yg mendapat gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Al Azhar, Mesir karena berbagai karya buku-bukunya yg brilian. Ia kemudian mendapat gelar Doktor dari sebuah universitas Malaysia karena karya penelitiannya yg orisinal dan langka tentang perkembangan sastra melayu.Ia juga menjadi andalan rezim Sukarno dan rezim Suharto untuk berkomunikasi dg kalangan pejabat Timur Tengah. Walaupun dia tidak memiliki jabatan formal apapun di pemerintahan.

Buku-buku karyanya banyak, lebih dari 200-an buku telah ditulisnya. Dalam masyakarat, ia juga menjadi tokoh yg dihormati rakyat karena merakyatnya; disegani pejabat karena ketegasan prinsipnya. Waktu menjadi ketua MUI (majelis ulama indonesia), ia tidak mau digaji, dan mengundurkan diri karena merasa ditekan. Dan, sekedar Anda tahu, semua pencapaian intelektualnya itu dicapainya tanpa melalui pendidikan formal. Modalnya cuma satu: determinasi tinggi dan keyakinan kuat bahwa siapapun akan dapat mencapai mimpinya asal kerja keras: tidak banyak buang waktu, tabah, banyak membaca dan berkarya. Salah satu sikap self-esteem yg patut ditiru oleh kita, mahasiswa, masyarakat dan alumni India. Ditiru dan diteladani oleh kita. Dari sekarang.[]

New Delhi, Minggu, 29 Agustus 2004

Scroll to top