Al-Khoirot Institute of Islamic Studies, Malang, ID. WA: 0822-2667-4747

   

Perilaku Hidup yang Sportif

Perilaku Hidup yang Sportif

Perilaku Hidup yang Sportif adalah mengharapkan sesuatu dari usaha dan kerja keras yang dilakukannya. Bukan hasil dari keberuntungan semata.

Walaupun saya tidak pernah main tennis–karena lapangan tennis kbri dikuasai oleh Qisai, dkk– saya termasuk suka nonton siaran pertandingan tennis di TV. Salah satu yg saya kagumi dalam tradisi tennis adalah sikap sportifnya yg khas. Sebagai contoh, ketika bola
menyangkut di net namun tetap berhasil masuk ke kawasan lawan, si pemukul bola bukannya terkesan senang, tapi malah meminta maaf.

Ini artinya, walaupun dia berhasil mendapatkan poin, tapi dia tidak bangga karena poin itu dia dapat secara kebetulan. Seorang sportman sejati tidak ingin mendapatkan kemenangan dari hal yg kebetulan. Mereka percaya bahwa kemenangan yg memuaskan dalam sebuah
kompetisi adalah kemenangan yg dicapai dg kerja keras, bukan oleh faktor luck atau untung-untungan. Apalagi kecurangan. Karena, mencapai keberhasilan yg dihasilkan dg faktor keberuntungan adalah ciri tipikal jiwa pemalas dan bodoh; dan itu bukanlah ciri khas seorang olahragawan yg sportif (Inggris: sportsmanship).

Dalam hidup tidaklah begitu berbeda. Tradisi sportifsemacam itu selalu menjadi bagian inheren yg melekat pada kalangan pekerja keras yg selalu mengandalkan sebuah keberhasilan dari kerja kerasnya. Orang-orang semacam ini ketika berhasil akan bersyukur dan bergembira; namun tidak terlalu berlebihan. Karena dia tahu, prestasi belajar atau kerjanya itu sudah layak dia peroleh atas dasar hasil kerja kerasnya selama ini.

Bangsa Indonesia, saya dan Anda, secara umum adalah kalangan pemalas. Kita selalu bermimpi mencapai prestasi tinggi, berhasil dalam karir, menjadi orang besar, dll; namun pada waktu yg sama kita tidak melakukan the unwritten rule hukum alam: bahwa untuk berhasil dalam kuliah harus rajin belajar; bahwa untuk berhasil dalam karir harus dicapai dg dedikasi dan kerja keras serta kreatifitas tinggi serta kapabilitas mumpuni.

Karena keengganan kita mengikuti aturan hukum alam tsb., maka terjadilah berbagai jalan pintas untuk mencapai keberhasilan: dengan KKN, dengan bermimpi dan berdoa (bagi mahasiswa), dengan pergi ke dukun-dukun sakti bagi pejabat, dll. Bagi kalangan wanita karir yg
ambisius tapi tak pintar, tidak sedikit dari mereka yg rela mengorbankan tubuhnya untuk mencapai ambisi karirnya.

Sungguh indah kalau kita mencapai prestasi tinggi dan sukses di bidang apapun yg kita inginkan dg kerja keras dan belajar keras; bukan dg bermimpi dan mengharapkan dewi keberuntungan mendatangi kita.

Karena bangsa ini memerlukan generasi yg memiliki tradisi hidup sportif untuk bisa lepas dari keterpurukannya.[]

New Delhi, Minggu, 03 April 2005

Judul asal: Sportif dalam Hidup

Scroll to top