Perlunya Menerima Kritik dengan Terbuka

Kritik Itu Perlu : Melepas Diri Dari Mental Anak Jajahan

Criticism made us better and stronger: Melepaskan diri dari Mental anak jajahan Kata-kata yg saya buat judul tulisan singkat ini diucapkan oleh Inzimamul Haq, kapten cricket Pakistan ketika timnya berhasil menahan imbang tim cricket India di saat India sudah berada di ambang kemenangan.

“Criticism makes us better and stronger!” Sungguh indah ucapan ini.

Apalagi diucapkan oleh seorang individu yg berasal dari negara berkembang (baca, negara bekas jajahan), Pakistan.
Pakistan, India dan Indonesia tidak ada bedanya. Secara mental mereka terbebani dg warisan anak jajahan yg identik dg rasa minder dan low-self-esteem. Salah satu ciri mental yg minder/low-esteem adalah tidak siap hati untuk dikritik. Ketidaksiapan ini berbentuk reaksi beraneka: bagi individu yg berstatus “rendah” (miskin, jabatan rendah) reaksinya dapat berbentuk rasa ketakutan untuk melakukan apapun; sedang bagi yg berstatus “tinggi” (kaya, jabatan tinggi) reaksinya dapat berupa kemarahan, kebencian dan tindak kekerasan bagi si pengeritik.

Criticism makes us stronger! Let’s learn to speak up, criticise each other, open our heart and mind toward any criticism which comes upon us. And make better performance, individually or institutionally, based on it. 🙂
Mala and Rizki, you have started to speak your mind up. Hopefully, it’ll be followed by others. Neither of us are senior nor seniors, because everybody after the age of 17 years of age is considered matured and therefore senior. Hence, I feel comfort to criticise Pak Suhadi or Pak Dalton if circumstances force me to do so. Likewise, I feel comfort of being criticised by anyone much younger than me (below 20 year-old) if any.

Sekedar renungan sejenak, menjelang buka puasa.

Perlunya Menerima Kritik dengan Terbuka
Scroll to top